Jumat, 22 Maret 2013

UREMIA



Review Jurnal

Uremia
Timothy W. Meyer, M.D., and Thomas H. Hostetter, M.D.
Uremia merupakan salah satu tanda keadaan gagal ginjal. Dahulu uremia disebut meyebabkan hipertensi, kelebihan cairan, hipokalsium, tetani, anemia, namun sekarang setelah diketahui patofisiologinya maka kategori ini sudah disingkirkan.  Keadaan uremia terjadi akibat akumulasi sampah bahan organik yang secara normal  dapat dibuang oleh ginjal. Kapan kita menentukan waktu terjadinya uremia tidak diketahui, biasanya terjadi pasien yang memiliki laju filtrasi glomerulus (GFR) kurang dari 50%, yang pada orang normal berkisar 120 ml/mnt. Penanganan pasien yang uremia pada gagal ginjal terminal adalah dilakukan dialisis, dan dari penelitian angka harapan hidup selama 5 tahun hanya 35%. Pasien Dialisis dapat segera dilakukan bila ada tanda-gejala uremia sebagai berikut:

Neural and muscular

Fatigue

Peripheral neuropathy

Decreased mental acuity

Seizures
Anorexia and nausea
Decreased sense of smell and taste
Cramps
Restless legs
Sleep disturbances
Coma
Reduced muscle membrane potential

Endocrine and metabolic
Amenorrhea and sexual dysfunction
Reduced body temperature
Altered amino acid levels
Bone disease due to phosphate retention, hyperparathyroidism,
and vitamin D deficiency
Reduced resting energy expenditure
Insulin resistance
Increased protein–muscle catabolism

Other
Serositis (including pericarditis)
Itching
Hiccups
Oxidant stress
Anemia due to erythropoietin deficiency and shortened
red-cell survival
Granulocyte and lymphocyte dysfunction



          GFR 30-60 cc/mnt sesuai berat badan ideal akan menimbulkan gangguan kesadaran, dan akan menuju koma bila semakin menurun, dan akan hilang bila segera dilakukan dialisis.

Sebenarnya dialisis bertujuan agar pasien tetap hidup, namun karena banyak keterbatasan, dialisis tidak dapat menghilangkan semua gejala uremia, maka bila transplantasi berhasil dilakukan dan didapatkan GFR lebih dari 50% maka hasilnya lebih baik.

         Ternyata keadaan uremia bukan berarti selalu kadar ureanya yang tinggi, tetapi peningkatan kadar sampah bahan organik termasuk urea, hal ini disebabkan karena yang biasa kita periksa labnya hanya kadar kreatinin dan ureum, padahal dari penelitian kadar ureum yang meningkat hanya kecil menimbulkan keadaan uremia, justru kadar guanidin yang meningkat di cairan serebrospinal yang menyebabkan penurunan kesadaran yang dapat meningkat sampai 40 kali. Jadi uremia terjadi akibat peningkatan kadar zat seperti berikut ini:

Peptides and small proteins seperti Beta2-microglobulin
Guanidines seperti Guanidinosuccinic acid berasal dari Arginine
Phenols seperti p-Cresol sulfate bersumber Phenylalanine, tyrosine
Indoles seperti Indican berasal dari Tryptophan
Aliphatic amines seperti Dimethylamine berasal dari Choline
Furans seperti CMPF
Polyols seperti Myoinositol berasal dari glucose
Nucleosides seperti Pseudouridine berarasal dari tRNA
Dicarboxylic acids seperti Oxalate berasal dari Ascorbic acid
Carbonyls seperti Glyoxal berasal dari proses glikolisis

Biasanya untuk mengurangi keadaan uremia pasien dibatasi konsumsi protein, namun untuk pasien yang sedang diterapi dialisa secara rutin malah harus diberikan protein + 1,2 gr/KgBB/hari untuk meningkatkan kualitas hidup, karena bahan organik tersebut terbanyak dihasilkan oleh kerja bakteri usus seperti aliphatic amines, d-amino acids, methylguanidine, hippurate, dan indoles and phenols, namun untuk mengurangi kerja bakteri ini belum diteliti.
            Ketika pasien dilakukan dialisis maka minimal dilakukan dua kali dialisis, karena dari penelitian kadar bahan organik akan mencapai puncak lagi pada hari ketiga seperti pada gambar 1 jurnal ini.
            Keadaan uremia juga berpengaruh pada metabolik pasien dan fungsi seluler yaitu:
  1. Resistensi insulin bila pada pasien dengan GFR kurang dari 50%, namun mekanisme belum jelas, sensitivitas insulin akan kembali normal bila dilakukan dialisa, hal ini menjelaskan mengapa pada pasien gagal ginjal terjadi hiperglikemia.
  2. Stress oksidatif, ditandai dengan meningkatnya kadar radikal bebas seperti superoksida atau hidrogen perosikda berasal dari oksidasi langsung protein atau reaksi dengan zat karbonil.
  3. Produksi protein yang terglikasi (AGE/advanced Glication End products) yang secara perlahan merusak sel-sel tubuh, jadi tidak langsung menyebabkan keadaan koma seperti akibat peningkatan kadar sampah organik. Biasanya produk AGE terjadi pada pasien diabetes, namun akibat resistensi insulin pada pasien gagal ginjal terjadi hierglikemia, sehingga terjadi ikatan glukosa yang ireversibel pada protein tubuh.
  4. Inflamasi sistemik, ditandai dengan kadar positif CRP, yang menandakan terjadinya peningkatan kadar interleukin-6, TNF alfa dll. Dengan terjadinya kombinasi peningkatan radikal bebas, produk AGE, dan inflamasi kronis yang biasanya sudah terjadi sebelum masuk ke fase gagal ginjal, menyebabkan terjadinya mortalitas dan morbiditas penyakit kardiovaskuler.
  5. Terganggunya fungsi pompa Na/K ATP-ase, padahal pompa ini mengatur kadar elektrolit intraseluler dan ekstraseluler agar tetap normal seperti natirum dan kalium, dan memberikan akses elektrolit dan zat lain untuk melakukan difusi sekunder. Sehingga pasien ini mengalami gangguan elektolit. 

Berdasarkan itu maka ada jurnal lain yaitu:



A Bench to Bedside View of Uremic Toxins
Raymond Vanholder,* Ulrich Baurmeister,Philippe Brunet,Gerald Cohen,§
Griet Glorieux,* and Joachim Jankowski_ for the European Uremic Toxin Work

Menyambung jurnal sebelumnya, jurnal ini memberian rekomendasi terapi farmakologis atas keadaan yang terjadi pada gagal ginjal yang telah dijelaskan diatas seperti berikut ini:

Aspirin menurunkan prokoagulan dan efek proinflamasi
AST-120 mengabsorbsi indoxyl sulfate
Antihipertensif menurunkan hipertensi dan menjaga fungsi ginjal
ACEi, ARB, dan renin inhibitor menurunkan hipertensi menjaga fungsi ginjal dan jantung, menghambat produksi AGE
Beta bloker menurunkan hipertensi, menormalkan katekolamin
Diuretik menurunkan hipertensi, mencegah overload cairan
Statin mencegah dislipidemia
Phosphate binder menurunkan kadar P, PTH
ESA mencegah anemia
Asam Folit menurunkan homosistein
Resin (e.g., kayexalate) menurunkan kadar kalium

Untuk membaca jurnal ini silahkan download di:


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar