Selasa, 28 Mei 2013

Endocrinology Case

Kasus:
Seorang laki-laki, 31 tahun, datang ke poli penyakit saraf RS.swasta di Jambi dengan keluhan perubahan perilaku, kadang senang kadang sedih sejak 1 minggu SMRS. Os kejang 1x kira-kira 4 hari SMRS, seluruh tubuh, riw. demam tidak ada, mual dan muntah disangkal, dan tidak ada nafsu makan. BAB dan BAK normal.
Os kemudian dirawat inap dengan diagnosis: intake sulit dan psikosis akut

Riw.Penyakit:
         3 bulan yang lalu os diketahui mengalami hipertiroid dengan gejala sering keringatan dan setelah makan biasanya langsung mencret. Os susah tidur dan jantung berdebar-debar serta tangan terasa gemetar.
Os datang berobat ke spesialis penyakit dalam dan dirujuk ke RS di Bandung, dan mendapatkan terapi.
Setelah mendapatkan terapi selama 1 bulan, os setuju untuk dilakukan operasi pengangkatan tiroid. Setelah menjalani beberapa hari masa perawatan, os di perbolehkan untuk pulang. Setelah os pulang ke rumah, os dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. Namun 1 bulan paska op pasien terlihat lemas, dan tidak mau makan. Selanjutnya os kontrol ke spesialis penyakit dalam, dan hanya diberikan vitamin karena obat-obatan yang diberikan dari RS Bandung sudah lengkap, os kembali ke rumah dan terasa lebih baik. Satu minggu kemudian os tampak lemas kembali, dan kembali kontrol ke spesialis penyakit dalam dan dianjurkan untuk dirawat. Selama dirawat beberapa hari os diperbolehkan untuk pulang. Os kembali lemas, dan 4 hari SMRS ketika dalam perjalanan pasien kejang. Pasien sering gelisah, dan tidak bisa tidur. 3 hari kemudian pasien dibawa ke poli saraf dan dianjurkan untuk dirawat.
         Setelah dirawat diketahui kadar kalsium 5,6 mg/dL (normal 8,4-10,4 mg/dL)
         EKG: prolonged QT dan muncul gelombang U
         Chvostek dan Trousseau sign: +/+

Selama dirawat os berkali-kali kejang walaupun sudah diberikan fenitoin drip, diazepam, Ca glukonas. Karena perlu observasi ketat os dirawat di ICU dengan diagnosis: Observasi Konvulsi ec hipokalsemia ec hipoparatiroid pasca tiroidektomi. Di ICU os mendapatkan drip Ca glukonas, drip fenitoin, HRT/hormon replacement therapy tiroid: euthyrox/levothyroxin 100mg 2x1 dan CDR fortos.

Review:

Pasien ini mengalami hipoparatiroid pasca operasi tiroidektomi a.i / atas indikasi hipertiroid, namun sayangnya hormon paratiroid yang terletak dibagian posterior hormon tiroid yang berjumlah 4 ternyata ikut terbuang, sehingga hormon yang mengatur homeostasis kalsium hilang termasuk tirokalsitonin yang diproduksi oleh sel parafolikuler terletak diantara sel tiroid.
 
   
Hormon PTH ini memiliki fungsi:
  1. Meningkatkan kadar kalsium dan fosfat darah dari absorbsi tulang/hiperkalsemia-hipofosfatemia
  2. Mengurangi ekskresi kalsium via urin, meningkatkan reabsorbsi kalsium di distal tubulus/hipokalsiuria
  3. Mengurangi absorbsi fosfat di ginjal/fosfaturia
  4. Meningkatkan absorbsi kalsium dan PO4 di usus dengan cara pembentukan kalsitriol
 


Berdasarkan fungsi PTH tersebut, maka pemberian kalsium baik oral maupun intravena merupakan usaha yang sia-sia, karena akan terbuang lewat ginjal. Pada pasien ini selain diberikan kalsium oral maupun intravena juga diberikan suplemen vit D secara oral untuk meningkatkan absorbsi kalsium di usus. Berdasarkan jurnal NEJM tentang Hypoparathyroidism oleh Dolores Shoback, menyebutkan angka kejadian hipoparatiroid pasca tiroidektomi 0,5-6,6% tergantung keahlian dokter bedahnya. Menurut jurnal ini koreksi kalsium=[kalsium diperiksa+0,8(4,0-serum albumin)].
Management terapinya dibagi menjadi 2 yaitu:

  1. Jangka pendek
    • Infus Ca glukonas 1-2 gr iv secara lambat selama 10 menit supaya tidak peblitis dan ini hanya bertahan 2-3 jam, dan harus diikuti dengan infus 10 gr dalam dekstros 5% dengan kecepatan 1-3mg/KgBB/jam
  2. Jangka panjang
    • Suplemental kalsium karbonat dan sitrat
    • Vitamin D untuk meningkatkan absorbsi kalsium di usus
    • Diberikan diuretik tiazid seperti HCT untuk mencegah hiperkalsiuria tetapi harus dikombinasikan dengan diet garam dan kalium sparing diuretik seperti amilorid untuk mencegah hipokalemia
Terapi HRT atau pengganti hormon belum ada data yang cukup tentang uji klinisnya, jadi masih memakai terapi obat-obatan untuk penanganan hipoparatiroid, walaupun scr logika kalsium yg diberikan pasti byk yang dibuang lewat ginjal krn tdk ada yang mereabsorbsinya.

Untuk mendapatkan jurnal ini silahkan download dibawah ini: