Selasa, 23 Juli 2013

Pediatric-FCCS Course

 

Pediatric-FCCS Course

     
        Berikut ini pengalaman saya mengikuti P-FCCS di Bali tanggal 02 – 03 Juli 2013 di Discovery Kartika Plaza, BALI. Ikut kursus P-FCCS pada periode ini menurut saya menguntungkan, karena tempatnya bagus, pastinya mahal, sekalian jalan-jalan ke Bali liat pantai Kuta. Saya juga sekalian ikut The 20th INTERNATIONAL SYMPOSIUM ON CRITICAL CARE AND EMERGENCY MEDICINE 2013 yang merupakan simposium tahunan dokter-dokter intensif di hotel yang sama selama dua hari dari tanggal 4 s/d 5 Juli 2013. Seperti biasa sebelumnya saya mendaftarkan diri dulu 1 bulan sebelumnya langsung ke sekretariat ISICM/Perdici:
Gedung Makmal 2nd Floor
Komplek FKUI
Jl. Salemba Raya No.6
JAKARTA PUSAT
Phone: +62-21-31909033 / 68599155
Fax: +62-21-31909033
Email: info@perdici.org
           Setelah daftar, tentunya diminta mentransfer 3,5 juta langsung, terus slipnya diemail atau di fax, trus 2 hari kemudian buku langsung dikirim lewat JNE/Tiki. Ada waktu 1 bulan untuk baca buku ini, untuk persiapan pre-test, tapi karena bahannya banyak, saya langsung baca summarynya aja he4x...tentunya kalo ke Bali pastinya pake pesawat, sou...kami pesen tiket 1 bulan sebelumnya, dan untungnya dipesan sebelum naik harga BBM, jadi ga begitu mahal. Karena belum pesan hotel, sesampai di bandara ngurah rai, langsung ambil taksi, langsung ditembak pak sopir harga 70.000 rupanya ga pake argo, untung sopirnya baik, kami cari hotel disekitar Kuta, dan tampaknnya udah pada penuh, akhirnya kami nginep di hotel Melasti harga 800 ribu per malam, karena kurang sreg besoknya kami pindah ke hotel Eden yang baru bangun, lumayan bagus, modern, lebih murah juga, 515ribu+paket sarapan jadi 660ribu. Pada hari pertama kursus, seperti biasa, registrasi ulang dan pre-test, soal pre-test kasus semua, sama seperti soal FCCS. Kemudian dibuka oleh dr.Tantani Sugiman, Sp.An., KIC, lanjut dengan masuk materi sbb:
- Diagnosis and Management of Respiratory Failure
- Cardiovascular Evaluation and Management of Shock
- Fluids and Electrolyte
- Diagnosis and Management of Acute Infections
- Neurologic Emergencies
- Sedation, Analgesia and Pharmacologic Management
- Post Operative Care
- Management of Trauma and Children
- Transport of the Critically ill Child
SKILL STATIONS
- Airway Evaluation and Management
- Mechanical Ventilation
- Cardiovascular Evaluation and Shock
- Sedation and perioperative management station
- Invasive Device Evaluation and Potential Complications

       Skill station yang menarik adalah mengenai obat-obat premedikasi saat intubasi. Oya...sekarang yang direkomendasikan adalah rapid sequence intubation (RSI), tidak diperkenankan melakukan intubasi tanpa premedikasi, walaupun saya juga pernah melakukannya, apalagi bayi atau neonatus yang notabene tidak ada resistensi, main langsung aja he5x......Oleh karena itu premednya dibagi berdasarkan keadaan pasien seperti: sesak (asma, ppok, dll), syok, TTIK (peningkatan tekanan intrakranial), kejang, dan trauma.
       Disini juga diajarkan tentang setting ventilator, pesan yang penting pada topik ini adalah resep settingan kita harus kita evaluasi terus dan selalu titrasi (diturunkan bila sudah tercapai atau dinaikkan bila belum tercapai), hal ini sama ketika kita menangani hipertensi emergensi maka tidak boleh diberikan antihipertensi oral harus intravena, karena bisa dititrasi dosis obatnya sebab target satu jam pertama hanya boleh turun 20% dari tensi awal. Bila tidak sesuai resep setting ventilator dengan outputnya maka kita segera lakukan cek DOPE (dislodge/displacement ETT, obstruction/sumbatan seperti plug pada selang, pneumotoraks --> cek adakah suara nafas hilang dll, Environment--> cek sirkuit vetilatornya).
        Setelah selesai dua hari kursus maka kita semua mengikuti post test, dan kelulusan minimal adalah 70%, remedial bila 70%-40% dan mengulang kursus bila nilai kurang dari 40%. Alhasil, walaupun tidak ada waktu belajar, karena abis kursus jalan-jalan keliling Bali.....nilaiku ga begitu jelek amat, 80% dan saya foto buat kenang-kenangan, nama saya ada pada nomor 3...he5x..........
       Sebenarnya PFCCS mirip dengan PALS (Pediatric Advanced Life Support), bila keduanya udah diikuti maka tentunya akan membuat kita yang jaga ICU lebih bertambah wawasannya.
        Buku pdf  PFCCS belum ada, tapi bila ingin memiliki pdf PALS silahkan download di sini:



Senin, 08 Juli 2013

Buku Pocket Anesthesia

Anesthesia merupakan ilmu yang sedang berkembang pesat, bukan hanya berkaitan dengan pembiusan (analgesi, induksi), namun mencakup berbagai patologi semua organ tubuh kita sehingga timbullah sub bagian neuroanestesia, kardiakanestesia, dll.
 Bila anda ingin belajar anesthesia Anda Harus baca buku pocket anesthesia ini.

Bila Anda ingin memiliki buku ini silahkan download disini tetapi versi lama, tetapi masih up to date, adapun yang terbaru udah terbit edisi kedua 2013.

 

BURP Maneuver

Backward Upward Right with Pressure

BURP merupakan suatu manuver untuk mempermudah intubasi pasien. Dari penelitian BURP manuver lebih baik dari Sellick maneuver/Cricoid pressure. Tindakan yang dilakukan cukup simpel yaitu menekan krikoid --> sambil menekan dorong ke arah atas dan geser sedikit ke kanan.
6_as_5

Penekanan krikoid cukup sedalam 0,5-2cm, dengan melakukan hal simpel ini visualisasi pita suaranya dan pasien tidak begitu mengeluh ketidaknyamanan saat setelah sadar.

bagi Anda yang ingin mengetahui tentang BURP maneuver lebih lanjut silahkan download dibawah ini:

Selasa, 28 Mei 2013

Endocrinology Case

Kasus:
Seorang laki-laki, 31 tahun, datang ke poli penyakit saraf RS.swasta di Jambi dengan keluhan perubahan perilaku, kadang senang kadang sedih sejak 1 minggu SMRS. Os kejang 1x kira-kira 4 hari SMRS, seluruh tubuh, riw. demam tidak ada, mual dan muntah disangkal, dan tidak ada nafsu makan. BAB dan BAK normal.
Os kemudian dirawat inap dengan diagnosis: intake sulit dan psikosis akut

Riw.Penyakit:
         3 bulan yang lalu os diketahui mengalami hipertiroid dengan gejala sering keringatan dan setelah makan biasanya langsung mencret. Os susah tidur dan jantung berdebar-debar serta tangan terasa gemetar.
Os datang berobat ke spesialis penyakit dalam dan dirujuk ke RS di Bandung, dan mendapatkan terapi.
Setelah mendapatkan terapi selama 1 bulan, os setuju untuk dilakukan operasi pengangkatan tiroid. Setelah menjalani beberapa hari masa perawatan, os di perbolehkan untuk pulang. Setelah os pulang ke rumah, os dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. Namun 1 bulan paska op pasien terlihat lemas, dan tidak mau makan. Selanjutnya os kontrol ke spesialis penyakit dalam, dan hanya diberikan vitamin karena obat-obatan yang diberikan dari RS Bandung sudah lengkap, os kembali ke rumah dan terasa lebih baik. Satu minggu kemudian os tampak lemas kembali, dan kembali kontrol ke spesialis penyakit dalam dan dianjurkan untuk dirawat. Selama dirawat beberapa hari os diperbolehkan untuk pulang. Os kembali lemas, dan 4 hari SMRS ketika dalam perjalanan pasien kejang. Pasien sering gelisah, dan tidak bisa tidur. 3 hari kemudian pasien dibawa ke poli saraf dan dianjurkan untuk dirawat.
         Setelah dirawat diketahui kadar kalsium 5,6 mg/dL (normal 8,4-10,4 mg/dL)
         EKG: prolonged QT dan muncul gelombang U
         Chvostek dan Trousseau sign: +/+

Selama dirawat os berkali-kali kejang walaupun sudah diberikan fenitoin drip, diazepam, Ca glukonas. Karena perlu observasi ketat os dirawat di ICU dengan diagnosis: Observasi Konvulsi ec hipokalsemia ec hipoparatiroid pasca tiroidektomi. Di ICU os mendapatkan drip Ca glukonas, drip fenitoin, HRT/hormon replacement therapy tiroid: euthyrox/levothyroxin 100mg 2x1 dan CDR fortos.

Review:

Pasien ini mengalami hipoparatiroid pasca operasi tiroidektomi a.i / atas indikasi hipertiroid, namun sayangnya hormon paratiroid yang terletak dibagian posterior hormon tiroid yang berjumlah 4 ternyata ikut terbuang, sehingga hormon yang mengatur homeostasis kalsium hilang termasuk tirokalsitonin yang diproduksi oleh sel parafolikuler terletak diantara sel tiroid.
 
   
Hormon PTH ini memiliki fungsi:
  1. Meningkatkan kadar kalsium dan fosfat darah dari absorbsi tulang/hiperkalsemia-hipofosfatemia
  2. Mengurangi ekskresi kalsium via urin, meningkatkan reabsorbsi kalsium di distal tubulus/hipokalsiuria
  3. Mengurangi absorbsi fosfat di ginjal/fosfaturia
  4. Meningkatkan absorbsi kalsium dan PO4 di usus dengan cara pembentukan kalsitriol
 


Berdasarkan fungsi PTH tersebut, maka pemberian kalsium baik oral maupun intravena merupakan usaha yang sia-sia, karena akan terbuang lewat ginjal. Pada pasien ini selain diberikan kalsium oral maupun intravena juga diberikan suplemen vit D secara oral untuk meningkatkan absorbsi kalsium di usus. Berdasarkan jurnal NEJM tentang Hypoparathyroidism oleh Dolores Shoback, menyebutkan angka kejadian hipoparatiroid pasca tiroidektomi 0,5-6,6% tergantung keahlian dokter bedahnya. Menurut jurnal ini koreksi kalsium=[kalsium diperiksa+0,8(4,0-serum albumin)].
Management terapinya dibagi menjadi 2 yaitu:

  1. Jangka pendek
    • Infus Ca glukonas 1-2 gr iv secara lambat selama 10 menit supaya tidak peblitis dan ini hanya bertahan 2-3 jam, dan harus diikuti dengan infus 10 gr dalam dekstros 5% dengan kecepatan 1-3mg/KgBB/jam
  2. Jangka panjang
    • Suplemental kalsium karbonat dan sitrat
    • Vitamin D untuk meningkatkan absorbsi kalsium di usus
    • Diberikan diuretik tiazid seperti HCT untuk mencegah hiperkalsiuria tetapi harus dikombinasikan dengan diet garam dan kalium sparing diuretik seperti amilorid untuk mencegah hipokalemia
Terapi HRT atau pengganti hormon belum ada data yang cukup tentang uji klinisnya, jadi masih memakai terapi obat-obatan untuk penanganan hipoparatiroid, walaupun scr logika kalsium yg diberikan pasti byk yang dibuang lewat ginjal krn tdk ada yang mereabsorbsinya.

Untuk mendapatkan jurnal ini silahkan download dibawah ini: