Rabu, 24 April 2013

Suplai Energi dan Subsidi BBM



        Seluruh mahluk di bumi ini tidak akan bisa hidup tanpa energi. Manusia khususnya sebagai mahluk omnivora membutuhkan makanan yang mengandung karbohidrat, lemak dan protein dengan komposisi 60-70%, 20-25%, dan 10-15%. makanan ini akan dikonversi menjadi molekul yang sangat berharga untuk menghasilkan energi dalam bentuk ATP, yang diperlukan oleh setiap sel yang jumlahnya triyulnan itu. Tanpa ATP tentunya tidak ada aktivitas seluler, sehingga bila kita kurang makan, contohnya pada orang yang malnutrisi maka orang itu akan lemah, karena ATP yang dibutuhkan untuk aktivitas seluler seperti untuk mempertahankan kecepatan metabolisme basal (BMR) aja tidak cukup, sehingga kebutuhan lebih besar dari pemasukkan. Hal yang sama terjadi di level makros, seperti dunia ini, yang mana setiap negara berlomba-lomba untuk mendapatkan energi (minyak) untuk dapat menjalankan aktivitas negaranya karena dizaman IT ini semua peralatan dan mesin membutuhkan minyak atau listrik hasil konversi minyak tadi. Tidak heran setiap negara rela berperang untuk minyak, tanpa minyak maka peralatan rumah tangga, kantor, militer menjadi besi tua. 
         Indonesia juga memerlukan minyak untuk melangsungkan aktivitasnya, tanpa minyak maka nelayan tidak bisa melaut sehingga mereka tidak bisa menangkap ikan, akibatnya tidak dapat membeli bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan energi tingkat seluler, jumlah sel dapat berkurang. Sebenarnya manusia sudah mengalami proses evolusi yang luar biasa sejak beribu-ribu tahun yang lalu, mereka dapat menggunakan otak mereka untuk memenuhi kebutuhan energi ini yang semakin terhambat. Waktu saya PTT di daerah pesisir laut, nelayan bukan tidak bisa beli minyak, namun jumlahnya yang dikurangi sehingga bila sampai ke desa hanya sedikit. Harga minyak di desa bisa naik 50-70% karena biaya angkutan untuk mencapai desa tersebut, namun berapapun harganya mereka tetap mampu membeli, untuk keperluan menghasilkan energi. Saya kira mereka di desa sama sekali tidak menikmati subsidi minyak, karena harganya sudah melambung karena jarak tempuh yang jauh, yang diperlukan adalah suplai energi yang tidak terputus.
          Bisa dibayangkan bila manusia kekurangan suplai energi, maka lama-lama tubuh manusia itu yang dijadikan sebagai sumber energi, mulai dari glikogen otot dan hati (cadangan glukosa) dipakai yang hanya mencukupi paling lama 2 hari, setelah itu digunakan lemak, bila lemak habis digunakanlah protein yang terdapat di otot mula-mula otot skeletal kemudian otot polos (usus dll) selanjutnya otot jantung yang menimbulkan bentuk tubuh yang lemah, mudah rusak karena kehabisan energi. Oleh karena itu sejak manusia dilahirkan suplai energi ini harus terus-menerus. Sama halnya minyak, yang dibutuhkan masyarakat bukan subsidi minyak, namun suplainya yang harus nonstop, bila stop maka truk untuk transportasi tidak bisa jalan, kapal ga bisa jalan dll. Subsidi hanya sedikit menyentuh daerah pedesaan, yang penting adalah SUPLAI nya yang tidak boleh stop, sehingga tidak menghentikan perekonomian rakyat. Subsidi dihapuskan saja karena justru menimbulkan antri di SPBU berkilo-kilo meter, dan menyebabkan suplai ke pedesaan di jatah. Saya sangat mendukung subsidi bukan dikurangi tapi dihapuskan saja, dengan syarat subsidi dipergunakan untuk:
  1. Penegakkan Keadilan, dengan cara memberantas korupsi, yaitu hukuman dinaikkan, seperti undang-undang narkotika, ada hukuman minimalnya, yang logis hukuman minimal untuk seorang koruptor adalah 20 tahun penjara untuk korupsi ringan, seumur hidup untuk korupsi sedang, dan hukuman mati untuk korupsi berat. Korupsi sama seperti kanker di tubuh kita, karena kanker akan mengambil 30% suplai darah yang mengandung nutrisi dan oksigen berdasarkan jurnal ini : Blood Flow, Oxygen and Nutrient Supply, and Metabolic Microenvironment of Human Tumors: A Review, oleh Peter Vaupel,2 Friedrich Rallino«ski, and Paul Okunieff Department of Radiation Medicine, Massachusetts General Hospital Cancer Center, Harvard Medical School, Boston, Massachusetts 02114. Untuk memotong suplai ini maka tdk ada cara lain yaitu dengan melakukan operasi pengangkatan kanker, dan menekan laju pertumbuhan kanker dengan memberikan kemoterapi bahkan radioterapi. Dengan demikian maka suplai darah yang diambil oleh kanker dapat di pergunakan oleh sel yang lebih membutuhkan.
  2. Kesehatan gratis, bila subsidi minyak dipergunakan untuk biaya kesehatan, sehingga bila rakyat sakit bisa mendapatkan pengobatan yang layak secara gratis, ini merupakan ide yang lebih baik. Karena bila rakyat sehat, maka mereka bisa bekerja dengan baik. Hal ini sama dengan sel kita, bila kebutuhan energi terpenuhi maka tugas kita adalah merawatnya, dengan mulai memikirkan makanan yang seimbang dan bergizi, memakan vitamin, antioksidan dll. Bila tubuh tidak sehat, walaupun ada makanan yang tersuplai banyak, tidak berguna juga.
  3. Pendidikan gratis, bila subsidi minyak diganti dengan pendidikan gratis mulai TK sampai pendidikan S3, maka rakyat yang berpendidikan tinggi akan memutar otak bagaimana sampah bisa jadi uang, memajukan perekonomian dengan teknologi, dll. Sama halnya dengan tubuh kita, bila kita pandai maka akan mudah untuk mencegah timbulnya penyakit, dengan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat).
      Saya lebih  setuju negara tidak usah memikirkan subsidi minyak, tapi mulailah subsidi rakyat langsung seperti kesehatan, pendidikan, dan tentunya juga penegakkan keadilan, saya yakin dan percaya hal ini akan menstimulasi nilai nasionalisme rakyat yang sudah luntur. Sama halnya tubuh kita, suplai energi tingkat seluler jangan dihambat, bila ada kanker segera diobatin, kesehatan sel harus dijaga. Maka kesadaran untuk menjaga tubuh sendiri akan muncul.

Rabu, 10 April 2013

Buku Ajar Fisiologi Kardiovaskuler versi e-book

Berikut ini Buku Ajar Fisiologi Kardiovaskuler versi e-book tapi masih dalam bentuk versi beta yang akan diperbaharui segera, bagi blok 10 dan 22, silahkan baca buku ini karena jawaban soal ujian ada didalamnya:




https://drive.google.com/uc?export=download&id=0Bwf6fQW7LVjsY3hXdXZhdEZSaHc